Giling Wesi merupakan mata air yang dikelilingi pohon besar dan rindang. Hal tersebut menjadi salah satu daya tarik masyarakat untuk berkunjung karena suasananya yang sejuk dan nyaman. Terdapat bangunan bersejarah berupa tembok putih melingkari sumber air ini yang sampai saat ini masih terawat dengan baik. Selain itu, airnya yang berwarna biru kehijauan digunakan sebagai sumber pengairan oleh masyarakat sekitar. Air tersebut dialirkan menggunakan pompa khusus dan dialirkan ke kebun atau sawah yang membutuhkan air. Keindahan alam di sekitarnya yang berupa hamparan sawah hijau juga menarik karena menghadirkan nuansa khas pedesaan.
Disamping keindahan alamnya, Giling Wesi menyimpan cerita menarik terkait dengan legenda terbentuknya tempat ini. Pada masa kadewatan terdapat sebuah kerajaan besar bernama Giling Wesi yang dipimpin oleh Raja Bramaraja. Bramaraja memiliki istri yang cantik bernama Dewi Sinta dan seorang anak bernama Bambang Bunawan. Bambang bunawan terkenal sebagai anak yang tidak mentaati kedua orangtuanya, hingga suatu hari ia diusir dari kerajaan karena melakukan kesalahan fatal. Bambang Bunawan kemudian menyusuri hutan dan sampai di Gua Ngibar. Ia kemudian bertama di gua tersebut. Setelah bertapa, ia menjadi orang yang sakti dan kebal terhadap segala jenis senjata. Berkat kekuataannya, Ia mendirikan kerajaan Seloargo. Suatu hari, ia mendengar kabar bahwa Kerajaan Giling Wesi memiliki permaisuri yang sangat cantik. Oleh karena itu, ia ingin menikahi permaisuri itu. Ia kemudian mengutus anak buahnya untuk mendatangi Kerajaan Giling Wesi dan mengutarakan maksudnya untuk memperistri Dewi Sinta. Kerajaan Giling Wesi secara tegas menolaknya hingga akhirnya terjadi peperangan antara Seloargo dan Giling Wesi. Karena situasi yang memanas, Dewi sinta ingin menyelesaikan persoalan dengan meminta pertolongan Dewa Wisnu. Seteah mengahdap Dewa Wisnu, Dewi Sinta diberi perintah untuk mencari kelemahan Bambang Buwana. Saat Dewi Sinta menemui Bambang Buwana, ia menemukan luka di bagian kepalanya yang membuat Dewi Sinta sadar bahwa Bambang Buwana adalah anak kandungnya. Mengetahui hal tersebut, Dewi Sinta yang tidak ingin menikahi anaknya sendiri segera merayu Bambang Buwana untuk mengetahui letak kelemahannya. Bambang Buwana kemudian mengatakan bahwa ia hanya akan kalah dan mati apabila tubuhnya terbelah menjadi dua secara vertikal. Tak lama kemudian, Bambang buwana dibunuh untuk menghindari perang yang lebih besar. Dan Kerajaan Giling Wesi pun menang.